SURABAYA – Pascasarjana Universitas Airlangga (UNAIR) kembali menghadirkan Airlangga Forum melalui live streaming youtube pada Jumat (16/02/2024). Kegiatan itu merupakan kerja sama antara Pascasarjana dengan Asosiasi Lembaga Penyiaran Publik Lokal Provinsi Jawa Timur. Topik yang dibahas kali ini adalah tentang pemilu yang seringkali menyebabkan jatuhnya korban dengan tema “Pesta Demokrasi Jangan Jatuh Korban Lagi: Refleksi Gugurnya 894 Petugas KPPS di Pemilu 2019”.
Peran Pengawas TPS dalam Pemilu
Nur Elya Anggraini selaku perwakilan dari Bawaslu Jawa Timur menyampaikan bahwa pemilu tahun 2024 tidak mengalami perubahan yang signifikan dibandingkan pemilu tahun 2019. Dimana skema pengawasan, khususnya jumlah pengawas TPS antara tahun 2019 dan 2024 masih sama.
“Sistem kerja pemilu kali ini masih sama dengan tahun 2019 yang mana pengawas TPS jumlahnya satu orang, ” ujar Nur Elya.
Baca juga:
Anies Baswedan di Mata Seorang Sudjono
|
Adapun pada dasarnya, yang paling berat dalam rangkaian penyelenggaraan pemilu adalah pada saat hari H. Anggota KPPS dan pengawas TPS harus standby sejak sehari sebelumnya hingga TPS ditutup.
Dalam sehari anggota KPPS diharuskan menggelar pemilu sekaligus menghitung perolehan suara dari presiden, partai, dan masing-masing caleg. Pada pemilu kali ini, surat suara yang dihitung kali ini sejumlah lima, sehingga cukup menyita waktu dan energi.
“Hanya saja untuk mengurangi beban panitia pemilu, saat ini KPU sudah mulai membuat rekap paralel, ” tuturnya.
Menurunnya Imunologi Panitia Pemilu
Kemudian dari segi imunologi, Prof Dr Theresia Indah Budhy Sulisetyawati drg M Kes Sp PMM(K) selaku KPS Program Studi Imunologi juga memberikan pendapatnya. Ia menyampaikan bahwa jam kerja anggota KPPS yang bisa mencapai 20 sampai 24 jam dalam sehari sangat tidak sesuai dengan prinsip imunologi.
Karena ketika seseorang duduk lebih dari 3 jam, maka aliran darah akan tidak lancar, padahal tubuh butuh asupan nutrisi. Apabila nutrisi tidak terpenuhi, maka dapat menyebabkan kekurangan oksigen ke otak.
“Kondisi ini akan berbahaya karena bisa menyebabkan shock, keringat dingin, pusing, ” ungkap Prof Theresia.
Selain itu, hal yang penting untuk diperhatikan dalam menjaga imun anggota KPPS adalah pasokan makanan. Jika makanannya kurang bergizi, maka akan berbahaya karena dapat menyebabkan terjadinya kekurangan kalium, natrium, dan oksigen.
“Setidaknya makanan yang diberikan kepada para panitia pemilu harus mencakup empat sehat lima sempurna seperti daging, sayur, dan buah, ” tuturnya.
Penyebab Rendahnya Imunitas Panitia Pemilu
Kemudian Nur Elya Anggraini selaku menanggapi bahwa dalam rangka menjaga imunologi panitia pemilu, para anggota KPPS sudah diberi anggaran untuk uang pengganti konsumsi.
Adapun faktor lain penyebab tumbangnya beberapa para anggota KPPS adalah karena mereka tidak mengikuti screening kesehatan secara detail, dan hanya menggunakan surat keterangan sehat saja.
“Para anggota KPPS di daerah biasanya juga berasal dari lansia karena dalam peraturan tidak ada batasan usia maksimal serta tidak ada screening kesehatan, ” papar Nur Elya.
Dalam rangka mengantisipasi jatuhnya korban dalam penyelenggaraan pemilu, Bawaslu Republik Indonesia sebenarnya sudah menyampaikan usulan kepada komisi II terkait revisi Undang-Undang No. 7 Tahun 2017 agar jumlah pengawas TPS ditambah minimal menjadi dua. Hal ini bertujuan agar ketika mengawasi di TPS, pengawas dapat istirahat secara bergantian.
“Hanya saja usulan kami belum bisa dipenuhi karena pemerintah memiliki keterbatasan anggaran, ” tuturnya.
Penulis: Lady Khairunnisa Adiyani
Editor: Khefti Al Mawalia